
Netanyahu Sebut Trump “Kawan Terbaik”
Yerusalem – Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, kembali menarik perhatian publik internasional setelah menyebut mantan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, sebagai “kawan terbaik” yang pernah dimiliki Israel. Pernyataan tersebut disampaikannya dalam sebuah wawancara televisi baru-baru ini, dan segera menjadi sorotan utama media, terutama mengingat dinamika politik antara kedua tokoh ini sejak beberapa tahun terakhir.
“Tak diragukan lagi, Donald Trump adalah salah satu sahabat terbaik Israel. Dia telah melakukan hal-hal luar biasa untuk negara kami, yang belum pernah dilakukan oleh presiden mana pun sebelumnya,” kata Netanyahu dalam wawancara tersebut.
Pernyataan itu merujuk pada sejumlah kebijakan Trump selama masa jabatannya yang secara terbuka menguntungkan Israel. Salah satu keputusan paling bersejarah adalah pemindahan Kedutaan Besar Amerika Serikat dari Tel Aviv ke Yerusalem pada tahun 2018. Langkah ini diiringi dengan pengakuan resmi AS atas Yerusalem sebagai ibu kota Israel, yang selama ini menjadi titik sensitif dalam konflik Israel-Palestina.
Selain itu, Trump juga mengakui kedaulatan Perjanjian Israel Amerika atas wilayah Dataran Tinggi Golan — kawasan strategis yang direbut Israel dari Suriah pada Perang Enam Hari tahun 1967 dan dianeksasi secara sepihak pada 1981. Dukungan ini disebut Netanyahu sebagai bukti nyata dari “komitmen Trump terhadap keamanan dan legitimasi Israel di mata dunia.”
Netanyahu juga menyoroti kontribusi Trump dalam mendorong tercapainya Abraham Accords, serangkaian kesepakatan normalisasi hubungan diplomatik antara Israel dan sejumlah negara Arab seperti Uni Emirat Arab, Bahrain, Maroko, dan Sudan. “Dia membuka jalan menuju era baru di Timur Tengah,” ujar Netanyahu.
Namun, hubungan keduanya sempat mengalami keretakan pasca pemilu AS 2020, ketika Netanyahu mengucapkan selamat kepada Joe Biden atas kemenangan pemilunya. Trump dilaporkan kecewa dengan respons cepat Netanyahu, yang dinilai terlalu cepat mengakui hasil pemilu yang saat itu masih diperdebatkan. Meski sempat renggang, Netanyahu dan Trump tampaknya telah memperbaiki hubungan mereka dalam beberapa bulan terakhir.
Pengamat politik menilai bahwa pujian Netanyahu terhadap Trump bukan sekadar ungkapan pribadi, melainkan juga bisa dibaca sebagai strategi politik. Di tengah tekanan politik dalam negeri dan ketegangan regional yang belum reda, Netanyahu tampaknya ingin memperkuat kembali dukungan dari sayap konservatif, baik di Israel maupun di kalangan pendukung Trump di Amerika Serikat.
Sejumlah analis juga menyebut pernyataan ini sebagai sinyal Netanyahu kepada pemerintahan Biden, yang dinilai kurang agresif dalam membela kepentingan Israel di beberapa isu, terutama yang berkaitan dengan Iran dan konflik di Jalur Gaza.
Terlepas dari dinamika politik di baliknya, pernyataan Netanyahu tersebut menegaskan kembali betapa pentingnya hubungan pribadi antara pemimpin negara dalam membentuk arah kebijakan luar negeri. Dalam konteks Israel-AS, hubungan Netanyahu dan Trump menjadi contoh nyata bagaimana kedekatan dua tokoh bisa membawa dampak besar dalam geopolitik kawasan.
BACA JUGA: 6 Fakta Menarik Menjadi Seorang Diplomat Di Luar Negeri